Gereja Katolik sejak awal
kehadirannya di tanah Manggarai melalui para Missionaris awal telah berupaya
melaksanakan proses pengakuan, penghargaan, penghormatan dan keberpihakan kepada
umat di tanah Manggarai. Karena Gereja juga menyadari bahwa sebelum Gereja
Katolik, umat (masyarakat) Manggarai sudah lama ada dan berevolusi.
![]() |
Katedral Rueng @v_johni |
Misionaris Manggarai dan Etno Pastoral
Para Misionaris awal tanah
Manggarai telah menerapkan istilah “etno pastoral”. Etno pastoral adalah
lukisan (gambaran) atau deskripsi komunitas adat yang mau dilayani misi Kristus
kepada umat setempat. Komunitas umat setempat ini juga dapat diistilahkan
dengan komunitas pastoral, karena komunitas pastoral merupakan komunitas umat
yang dibentuk untuk mewartakan misi Kristus sesuai dengan konteks umat di Tanah
Manggarai.
Gereja Katolik sadar bahwa Allah
hadir dalam setiap kebudayaannya masing-masing dengan gaya yang khas. Dokumen Konsili Vatikan II,
hal 585, menyebutkan “sabda Allah mewahyukan diri kepada umat-Nya hingga
menampakan diri sepenuh-Nya yang menjelma, telah bersabda menurut kebudayaan
yang khas bagi pelbagai zaman."
Doa Bahasa Manggarai
Para Misionaris awal sangat menghargai cara orang Manggarai berdoa Kepada "Mori Jari Dedek", Sang Pencipta dan Yang Mahakuasa
Yo Yésus di’a
Yo Yésus di’a agu lembak kéta,
léloga aku ata tikul oné ranga
Dité.
Aku tegi sawal agu Ité,
landing léng kéta tu’ung
lélakn wakar daku
na’a oné nai daku te imbi,
te bengkes agu te momang
di’a-di’a
te teser tu’u-tu’ung ndékok daku,
agu temerkoé ngoéng daku
boto pandé ndékok kolé.
Aku tegi nenggitu
rémé tenang agu nuk laku
landing lima réu Dité,
agu nuk laku taé de Nabi David,
yo Yésus ata cembes,
lété hia ba mu’u Dité curupn:
“ ,,Isé poli pépék burnt muing
limé agu wa’i daku,
agu poli taungs lisé bilangd toko
daku.“
Amin
O Yésus Kristus
O Yésus Kristus,
aku imbi te lté kanang kali Raja
sanggéd.
Sanggéd taung ca’oca ata poli
mangad,
dédék latang te Weki rud Ité.
Aku ngoéng te weru kolé '
reké du cebong daku.
Ogok te lut jing da’at,
agu sanggéd tatong agu gorin.
Aku reké mosé
ného ata serani di’a.
Céwén kolé aku paka cau kuasa de
Mori Keraéng,
agu kuasa de Geréja dite'
dengkir agu reba di’an.
Pucu Nggeluk ke’ta de Mori Yésus,
aku condo sanggéd gori koég ho’
o,
kudut sanggéd ata lut perénta nggeluk Dité,
agu ali hitu
perénta hambor Dité
caing taung oné temu tana lino
ho’.o Amen.
Legalitas Inkulturasi Manggarai
Dokumen Konsili Vatikan II
tentang tema-tema yang amat mendesak, salah satunya artikel dua, tentang
berbagai kaidah mengembangkan kebudayaan, pada nomor 53-62 dan halaman 579-593.
Selain itu, dalam Dokumen De Liturgia Romana Et Inkulturatione- DLREI, (Liturgi
Romawi dan Inkulturasi) menjelaskan mengenai inkulturasi, bahwa Gereja
menyesuaikan pewartaan injil dengan kebudayaan setempat.
Magisterium Gereja telah memakai
istilah “inkulturasi” untuk merumuskan dengan lebih tepat, “inkarnasi Injil
dalam pelbagai kebudayaan yang otonom dan sekaligus memasukan
kebudayaan-kebudayaan tersebut ke dalam kehidupan Gereja”.
Inkulturasi berarti transformasi
mendalam dari nilai-nilai kebudayaan yang asli diintegrasikan ke dalam
kristianitas dan penanaman kristianitas ke dalam aneka budaya manusia yang
berbeda-beda dalam hal ini Kebudayaan Manggarai yang kaya.
Istilah inkulturasi adalah
ungkapan yang lebih baik untuk melukiskan gerak ganda yaitu “lewat proses
inkulturasi, Gereja membuat Injil menjelma dalam aneka kebudayaan, sekaligus
memasukan para bangsa, bersama dengan kebudayaan mereka ke dalam persekutuan
Gereja sendiri”, (DLREI, no.4).
EmoticonEmoticon